Rabu, 27 Juli 2011

Guru: Tonggak Inti Pendidikan



Les Privat FisMat-C --Mojokerto ---  Kementerian Pendidikan Nasional siap memberikan dukungan terhadap para guru untuk terus mengembangkan kualitas diri. Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan hal ini dalam Kongres 1 Persatuan Guru Nahdatul Ulama (Pergunu), di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, (23/7).

Menteri Nuh menjelaskan, tidak ada pembedaan guru swasta maupun negeri. "Pada umumnya semua guru sama, memiliki empat ranah, yaitu pedagogi, akademik, sosial, dan keilmuan," ujarnya.

Dalam arahannya, Menteri Nuh menjelaskan pengertian kata guru yang berarti penghancur kegelapan. "Dari pengistilahan, guru itu dari bahasa sansekerta. Gu artinya kegelapan, Ru artinya penghancur". Guru harus bisa menjadi energi untuk melenyapkan kegelapan, sekaligus menjadi sumber cahaya kehidupan bagi murid-murid pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya.

Keberadaan guru di Indonesia harus bisa menjadi teladan sumber inspirasi murid dan lingkungan sekitarnya. Sehingga diharapkan, masyarakat menjadi tercerahkan dengan adanya keberadaan guru, baik dari segi pemikiran, maupun tingkah laku. Terlebih lagi, guru harus menghadapi murid-murid dengan karakteristik yang sangat beragam. "Saat ini guru harus bisa mengembangkan diri sebagai sumber energi dalam dunia pendidikan kita. Kalau guru tidak profesional, murid akan mati akal dan hati," ucap Menteri Nuh.

Karena itu, Kemdiknas siap bekerjasama dengan organisasi guru seperti Pergunu, untuk meningkatkan dan mengembangkan profesionalitas diri guru. Diharapkan, dengan adanya organisasi atau persatuan guru, semua aspirasi dan ide untuk melakukan perbaikan kualitas guru dan dunia pendidikan bisa disalurkan secara terorganisir. Menteri Nuh juga meminta Pergunu menyediakan sesi akhir pada kongres ini, untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan guru di masa sekarang.

Kongres 1 Pergunu berlangsung tiga hari, yaitu pada 22-24 Juli 2011, di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur. Kongres ini dihadiri ratusan guru yang berasal dari 33 propinsi di seluruh Indonesia. (Lian)

sumber: sini

PTN Segera Gunakan Sistem Keuangan Online

Les Privat FisMat-C -- Les Privat FisMat-C -- Jakarta ---  Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh memberikan tiga solusi untuk perapihan administrasi di perguruan tinggi negeri. Tiga solusi ini harus dijalankan supaya tidak ada lagi rekening di unit-unit Kementerian Pendidikan Nasional yang belum terdaftar di Kementerian Keuangan. Salah satu solusinya adalah dengan integrasi sistem, melalui sistem keuanganonline.

"Meskipun belum terdaftar di Kementerian Keuangan, rekening tetap resmi terdaftar di bank (berstatus) BUMN. Sehingga dengan sistem keuanganonline yang terintegrasi, bisa bekerja sama dengan bank-bank tersebut supaya melaporkan rekening yang berasal dari perguruan tinggi negeri," ujar Menteri Nuh seusai melantik pejabat eselon 1 di Graha Utama Kemdiknas, hari ini (25/7).

Solusi lainnya adalah dengan menerapkan sistem reward and punishmentdalam pengelolaan keuangan di lingkungan Kemdiknas. "Kalau perlu sanksinya diumumkan." Dengan begitu, diharapkan mekanisme kontrol dalam internal perguruan tinggi negeri dapat berjalan dengan baik.

Selain menerapkan sistem keuangan online yang terintegrasi dan sistemreward and punishment, Kemdiknas juga akan memberikan pendampingan kepada perguruan tinggi negeri dalam hal administrasi, salah satunya dengan memberikan pendidikan dan pelatihan secara berkala.

Adapun tentang tim survei yang dibentuk untuk mengetahui pungutan pendidikan di daerah-daerah, saat  ini Kemdiknas masih menunggu hasilnya. Tim tersebut terdiri dari tiga unsur yaitu Inspektorat Jenderal Kemdiknas, Inspektorat Jenderal Kemdagri, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Menteri Nuh berjanji akan mengumumkan hasilnya, setelah tim memberikan laporan pada 27 Juli mendatang. (lian)

sumber: sini

Komunikasi Karakter Untuk Kesuksesan

Les Privat FisMat-C --Jambi --- Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, untuk mencapai kesuksesan pembangunan karakter di butuhkan komunitas karakter (community of character). Dengan adanya komunitas seperti ini diharapkan ada keberlangsungan pembangunan karakter di seluruh lapisan masyarakat.

"Apabila pembangunan karakter melalui pendidikan di sekolah saja, dan tidak didukung pembangunan karakter di lingkungan masyarakat, mustahil terwujud," kata Fasli ketika beramah tamah dengan para guru di Jambi, Minggu ( 24/7 ). Masyarakat memiliki peranan penting dalam upaya membangun karakter bangsa, karena dalam lingkup masyarakat selalu tumbuh nilai-nilai yang berlaku secara sosial. "Di masyarakatlah tumbuh nilai-nilai yang kemudian kita maknai ".

Fasli pun menyinggung mengenai media massa yang terkadang memberikan ekses buruk terhadap perkembangan karakter anak. Sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat media massa memiliki efek dan dampak yang berpengaruh pada pembentukan sistem nilai, maka dari sangatlah dibutuhkan juga komunitas dari media massa yang mendukung pembangunan karakter, " kita memang mensyukuri terbukanya akses media massa sebagai bagian dari demokrasi, hanya saja tidak sedikit pula yang memberikan dampak yang buruk pada anak-anak kita, oleh karena itulah mari kita mulai memilih konten-konten media massa yang mendukung tumbuh kembang anak, berikan juga pengawasan, rangkul media massa sebagai komunitas yang ramah terhadap pembentukan karakter anak ".

Selain upaya tersebut, Fasli menyebutkan bahwa Kemdiknas menyiapkan pola pendidikan yang disebut media literacy, dengan pendidikan ini diharapkan para peserta didik mampu memproteksi dirinya dalam memilah konten media massa dengan baik. Pemerintah melalui Komisi Penyiaran Indonesia ( KPI ) terus mengawasi konten-konten media massa di masyarakat.

Fasli menyebutkan, pendidikan karakter yang baik tidak hanya melulu melibatkan pengetahuan yang baik, tetapi juga menyertakan pengetahuan tentang bagaimana belajar merasa yang baik. "Kedua aspek tersebut akan berhasil bila dijadikan habituasi atau pembiasaan tingkah laku keseharian " ucap mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi ini ini sembari mengatakan bahwa pembangunan karakter selalu meresap dalam setiap ajaran agama. "Seluruh agama besar menyertakan pembangunan karakter dalam ajarannya, jadi dalam agama ada intersepsi yang universal tentang pembangunan karakter ".

Pada akhir paparannya Fasli menghimbau agar para pengampu pendidikan di tingkat sekolah, mampu memilih jenis pembangunan karakter yang akan dilaksanakan di sekolahnya.  "Pemilihan ini haruslah melalui konsensus bersama dan didisiplinkan, karena ini harus berjalan secara konsisten".

Kepala sekolah dan guru diwajibkan mampu memberikan contoh prilaku keteladanan dalam kehidupan keseharian, karena dengan cara seperti itu para peserta didik mampu mencontohnya suri teladan para gurunya, " Pendidikan Karakter itu bukan diajarkan tetapi harus dicontohkan dan dibiasakan, oleh karena itu tugas guru memang sangat berat, tetapi sekali kita mampu memahat karakter dengan baik di peserta didik kita, maka dampaknya akan terasa selama ratusan tahun " ujar Fasli. (yogi)

sumber: sini

Finlandia: Negara Dengan Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia

Les Privat FisMat-C -- Jika kita lihat diberita, banyak yang memberitakan bahwa anak-anak Indonesia selalu berprestasi dalam Olimpiade pendidikan, sepertiOlimpiade matematika, Olimpiade fisika dan sejenisnya. Hal ini menunjukan bahwa anak-anak indonesia tidak kalah kepintarannya dengan anak-anak lain di dunia.
Tapi timbul pertanyaan, mengapa perkembangan teknologi kita berjalan lambat? Banyak jawaban dari pertanyaan itu salah satunya adalah sistem pendidikan yang kurang baik, walaupun demikian kemajuan sistem pendidikan kita berjalan cukup lancar, kemungkinan kebangkitan industri kita akan berlangsung 25-50 tahun yang akan datang.
Beda dengan Sekolah Finlandia, selalu mencapai peringkat tinggi dunia dalam pendidikan dunia, meski murid di negara Eropa tersebut menjalani jam belajar paling singkat di kalangan negara maju.
Tahun lalu, sebanyak 100 delegasi dan pemerintah asing berkunjung ke ibukota Finlandia, Helsinki, dengan harapan belajar dari rahasia keberhasilan sekolah di negara tersebut.
Pada tahun 2006, murid sekolah Finlandia mencatat prestasi rata-rata tertinggi di bidang sains dan membaca di jajaran negara maju.
Untuk ujian standard OECD, bagi siswa kelompok usia 15 tahun, PISA, mereka juga menempati peringkat kedua di matematika. Mereka berada di belakang siswa di Korea Selatan.
Finlandia menggunakan filsafat pendidikan yang menyatakan setiap orang memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan.
Suatu taktik yang diterapkan dalam hampir setiap mata pelajar adalah pengerahan guru bantu yang ditugasi untuk membantu murid yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu. Meski demikian, siswa ditempatkan dalam ruang kelas yang sama, tanpa memandang kemampuan mereka dalam pelajaran tersebut.
Menteri Pendidikan Finlandia, Henna Virkkunen, bangga akan catatan prestasi negaranya, tapi sasaran berikut yang dia hendak capai adalah menyasar para murid paling cemerlang.
Menurut OECD, anak-anak Finlandia memiliki jam belajar paling pendek di jajaran negara maju. Ini mencerminkansisi penting lain bagi pendidikan Finlandia.
Persekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain.
Ibu guru Marjaana Arovaara-Heikkinen yakin mempertahankan murid yang sama selama beberapa tahun juga mempermudah tugasnya.
“Saya seperti tumbuh dengan anak-anak saya sendiri. Saya melihat masalah yang mereka hadapi ketika mereka kecil. Dan, kini setelah lima tahun, saya masih melihat dan memahami perkembangan yang terjadi dalam masa muda mereka, langkah terbaik yang mereka bisa lakukan. Saya katakan kepada mereka saya seperti ibu sekolah mereka”, tuturnya.
Anak-anak di Finlandia baru mulai menjalani sekolah utama pada usia tujuh tahun. Gagasan bahwa sebelum itu mereka belajar paling efektif ketika bermain dan menjelang mereka akhirnya bersekolah mereka juga bersemangat untuk mulai belajar.
Jasa Orang Tua
Para orang tua Finlandia jelas memiliki andil atas prestasi sekolah yang mengesankan. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan keluarga harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka.
Mengajar adalah karir prestisius di Finlandia. Guru sangat dihargai dan standar pengajaran tinggi.
Keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia tampaknya juga ditunjang budaya. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal.
Finlandia mencatat arus imigrasi kecil. Jadi, ketika murid mulai belajar di sekolah, sebagian besar adalah penutur asli bahasa Finlandia dan ini menyisihkan hambatan yang sering dihadapi oleh masyarakat lain.
Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa less can be more atausedikit bisa jadi lebih banyak. Ada penekanan untuk menjadikan sekolah yang santai dan bebas dari resep-resep politik. Kombinasi, menurut keyakinan orang Finlandia, berarti bahwa tidak ada anak yang tertinggal.
sumber: sini

Perahu Kayu Buatan Mahasiswa ITS Diminati Asing

Les Privat FisMat-C -- SURABAYA – Perahu kayu buatan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang mengikuti ajang bahari internasional "Atlantic Challenge" sejak 2002 hingga kini selalu diminati kalangan asing.

"Tahun 2010, tim Maritime Challenge (MC) ITS menggunakan Kapal Merdeka II yang diberi nama Kapal 'Garuda Nusantara' yang akhirnya dibeli Yayasan Atlantic Challenge untuk kapal percontohan dalam berbagai workshop di AS," kata Pembina Tim MC ITS, Prof DR Daniel M Rosyid, Senin (25/7).

Oleh karena itu, kata pakar kelautan itu, tim MC ITS membuat Kapal Merdeka III untuk mengikuti ajang serupa di Irlandia pada 24-31 Juli 2012 yang mulai dirancang sejak Maret 2011.

"Kapal yang dirancang dengan teknologi laminasi bambu itu juga sudah ditawar untuk dibeli oleh tim dari Belanda dan Belgia. Tapi kami belum memutuskan, karena adik-adik mahasiswa masih fokus pada pengerjaan perahu dan persiapan tim lomba," ujarnya.

Menurut Daniel, Kapal Merdeka I yang mengikuti ajang serupa sejak 2002 juga mendapatkan penghargaan sebagai perahu kayu tercantik dengan tim yang sportif dan memiliki "spirit" pun masuk ke Museum Kanada. 

Kapal Merdeka II sendiri dibeli Yayasan Atlantic Challenge senilai 35 ribu dolar AS yang akhirnya digunakan untuk memberangkatkan tim MC ITS pada lomba kebaharian atau kepelautan di Irlandia pada 2012.

Hal serupa juga terjadi pada Kapal Merdeka III. "Kalau laku pun hasilnya akan kami gunakan memberangkatkan tim pada lomba serupa pada tahun 2014, sedangkan bantuan sponsor akan kami gunakan pengerjaan kapal itu sendiri," jelas Daniel.

Tentang teknologi laminasi bambu, Daniel mengaku bambu dijadikan alternatif, karena kayu semakin sulit dicari dan harganya pun mahal. Apalagi kandungan serat bambu juga lebih bagus, sehingga kapal akan lebih kuat.

"Dengan dukungan lem dari rekanan dari perusahaan Jepang di Probolinggo, kami sudah menggunakan laminasi bambu untuk tiang kapal. Dan untuk lomba kebaharian internasional 2012 akan kami gunakan untuk tempat duduk penumpang," katanya.

Senada dengan Daniel, Kepala Laboratorium Perkapalan PPNS ITS Surabaya, Putu Arta Wibawa, menegaskan bahwa kapal yang terbuat dari fiberglass yang dibuat mahasiswa ITS untuk praktik juga banyak diminati pembeli lokal.

"Kami sudah pernah melayani pesanan kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebanyak tiga unit untuk operasi di wilayah terdepan Indonesia di Ternate dan Irian," ujarnya.



sumber: sini

Kurangnya Perhatian Pemerintah Terhadap Pemenang Olimpiade Sains

Les Privat FisMat-C -- JAKARTA  --  Pengamat pendidikan, Arief Rachman, menilai pemerintah kurang menghargai prestasi para pemenang olimpiade sains internasional. Beasiswa sekolah di perguruan tinggi, kata dia, dirasa belum cukup sebagai apresiasi tunas-tunas bangsa tersebut.

"Bukan hanya minimal, hampir tidak ada penghargaan (dari pemerintah)," kata Arief saat ditemui usai konferensi pers untuk Seminar Pendidikan Karakter melalui Keteladanan Pahlawan Nasional Pangeran Dipanegara di kantor Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Selasa (19/7).

Semestinya, pemerintah bergerak cepat dengan langsung menggaet para peraih olimpiade tersebut sebelum mereka menyelesaikan sekolahnya. "Kalau perlu saat mereka kelas 3 SMU, mereka sudah dipesan bersekolah di perguruan tinggi negeri tertentu sesuai bidang mereka," kata Arief.

Arief menyatakan, fenomena saat ini dimana para peraih prestasi olimpiade sains internasional ramai-ramai mendaftar di perguruan tinggi luar negeri adalah hal yang wajar. "Dalam era globalisasi saat ini wajar jika semua orang mencari institusi terbaik untuk dirinya sendiri," katanya.

Lagipula, tambah dia, negara-negara tetangga Indonesia juga jeli melihat banyaknya potensi yang dimiliki anak-anak muda Indonesia dengan menyediakan banyak beasiswa untuk sekolah di negara mereka. Akibatnya, banyak saat ini dijumpai orang-orang Indonesia bekerja di luar negeri untuk membangun negara yang bersangkutan. "Bagaimana caranya pemerintah memberikan jaminan dan kesejahteraan yang lebih unggul kepada anak-anak bangsa sendiri ketimbang yang diberikan negara-negara lain," ujar Arief.


sumber: sini

Razia Pelajar Yang Berkeliaran di Jam Sekolah

Les Privat FisMat-C -- GARUT - Pelajar mengenakan seragam sekolah berkeliaran saat jam sekolah dirazia jajaran Petugas Satpol PP Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (26/7). Kepala Satopol PP Kabupaten Garut, Suherman mengataka razia tersebut dilakukan sebagai peringatan terhadap pelajar agar tidak bolos atau berkeliaran di pusat kota saat jam sekolah.

"Kita beri mereka (pelajar) shock terapy, agar mereka tidak berkeliaran saat jam sekolah," katanya.

Setelah dilakukannya razia disejumlah tempat keramaian kota dan taman kota, diharapkan Suherman para pelajar tidak melakukan perbuatannya kembali untuk bolos sekolah. Selain itu, pihak sekolah kata Suherman diminta meningkatkan pengawasannya terhadap anak didiknya agar tidak berkeliaran saat jam sekolah karena khawatir akan terjadi bentrokan atau tawuran antar siswa.

"Kedepan kita harapkan tidak ada lagi pelajar yang berkeliaran di kota saat jam sekolah," katanya.

Dalam razia yang digelar sekitar pukul 09.00 WIB hingga menjelang siang itu, petugas berhasil mengamankan 17 pelajar berseragam lengkap dengan logo nama sekolahya. Mereka diamankan di sejumlah tempat keramaian kota seperti alun-alun Garut, Jalan Ahmad Yani, Jalan Ciledug, Pengkolan, dan kawasan taman Ngamplang.

Pelajar yang terjaring razia tersebut diangkut petugas untuk diperiksa alasan berkeliaran saat jam sekolah serta dicatat identitas diri dan nama sekolahnya. Setelah dicatat dan diberikan pembinaan oleh petugas, pelajar tersebut dikembalikan ke sekolahya masing-masing sekaligus memberitahukan kepada guru sekolah alasan diamankan siswanya.

"Kita amankan mereka, dan kita juga kontak gurunya selanjutnya diserahkan ke sekolahnya masing-masing untuk dibina lebih lanjut," jelas Suherman.



sumber: sini

Mengagumkan!! Prestasi Anak Tuna Rungu

Les Privat FisMat-C -- Dilahirkan dengan keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara, tidak membuat Srihanik (17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena kegigihannya itu, remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa tingkat Provinsi Jawa Timur.
Ia berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster serta pembuatan website beserta desainnya. Dalam website yang mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba.
Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan yang digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk dikelas VIII SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri tersebut menyisihkan 19 peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur.
Ia berhasil menggondol juara pertama dengan mengusung pembuatan poster serta pembuatanwebsite beserta desainnya. Dalam website yang mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia mengambil tema Bahaya Narkoba.
"Hingga pemenang diumumkan, saya tidak menyadarinya. Sampai saya diberitahu untuk maju ke panggung. Saat menerima piala itu, saya baru menangis haru," ujar Srihanik sebagaimana diartikan oleh Nanda, guru pembimbing desain, Rabu (27/7/2011).
Sementara itu, Nanda menuturkan, sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi antar SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18 Juli lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri, sama sekali belum mengenal komputer, apalagi desain grafis.
"Namun karena kecerdasannya, dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu menyerap materi dengan baik," bangga Nanda.
Dengan prestasi gemilangnya itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur dalam lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September nanti. "Saat ini kami bersiap untuk event nasional itu," pungkas Nanda.
Sebelumnya, Srihanik sempat dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab, selain kondisinya yang mengalami tuna rungu tuna wicara itu, keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi. Bapaknya, Tukiman, hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar Tradisional Pesantren, Kota Kediri.

sumber: sini

Andika Tenteng Kursi Sendiri Ke Sekolah

Les Privat FisMat-C -- Sebuah kisah menggugah kembali datang dari dunia pendidikan. Andika Imam Taufik (9), siswa kelas III SD Negeri Kotakusuma, Sangkapura, Bawean, membeli kursi plastik sendiri karena tak mampu membayar "biaya kursi" yang ditetapkan pihak sekolah. Kursi itu ditentengnya setiap hari ke sekolah.

Andika yang tercatat sebagai siswa kelas unggulan ICP (International Class Program) di sekolahnya terpaksa mendapat perlakuan berbeda di sekolah. Ia harus mengikuti pelajaran di bangku seadanya ketika teman lainnya duduk di kursi baru.

Untuk memasuki tahun pelajaran baru, Andika sebagai siswa ICP, diharuskan membayar biaya sebesar Rp 324.000 sesuai ketentuaan pihak sekolah. Biaya sekolah itu tidak termasuk biaya beli kursi yang nilainya Rp 55.000. Sebagai anak dari keluarga kurang mampu, Andika hingga kini belum bisa membayar biaya sekolah termasuk ‘biaya kursi’ sekolah. Oleh karena itu, ia harus menjalani pendidikan di bangku seadanya. Ibunda Andika, Musnada (35), pun akhirnya  nekad membeli kursi plastik sendiri ke pasar, meskipun harus dengan cara kredit.

“Saya sempat diberitahu penjual di pasar kalau sudah ada orang yang membelikan kursi untuk teman-teman sekelas Andika. Karena saya bersikeras, penjual membolehkan saya membeli kursi dengan cara cicilan dan harga potongan,” ujar Musnada, Senin (25/7/2011).

Musnada menjelaskan, ia mendapatkan informasi dari tetangga yang putranya juga sekelas dengan Andika bahwa ada rapat wali murid yang menyebutkan penarikan uang kursi sebesar Rp 55.000.
Musnada tidak bias menghadiri rapat wali murid kala itu karena ia harus bekerja. Saat itu, wanita yang bekerja sebagai penjual jamu pikulan keliling itu tak mengikuti rapat tersebut.

“Saya tidak ikut rapat dan saya juga tidak membayar karena belum ada uang. Biasanya bayarnya di belakang saat semesteran atau saat dapat uang waktu Lebaran,” terang Musnada, yang kini menjadi orangtua tunggal setelah suaminya meninggal dunia dua tahun lalu.

Perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah ini memiliki dua anak, Andika, dan si sulung Ana Lutfiyah yang masuk kelas VII MTs Umar Mas'ud, Sangkapura. Musnada mengaku sangat kesulitan menanggung biaya pendidikan anaknya, karena ia menjadi orangtua tunggal dan pemasukan yang didapat hanya dari berdagang kecil-kecilan. Dari penghasilan berjualan jamu,  dalam sehari rata-rata ia mengantongi Rp 20.000 hingga Rp 35.000.

Penghasilan tersebut diputarnya kembali untuk membeli bahan pembuatan jamu, membeli beras, dan uang saku kedua anaknya. Untuk biaya pendidikan anak sulungnya, ia bersyukur karena ditanggung oleh Kepala MTs, Fatimah.

"Terus terang, ini karena hanya keinginan yang besar untuk menyekolahkan anak. Sebenarnya kondisi kami kurang mampu membiayainya," ujar Musnada.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Kotakusuma, Hadi Suwoyo, seperti dikutip dari Media Baweanmenyatakan, dirinya baru menjabat posisi saat ini. Sebagai kepala sekolah SDN Kotakusuma yang baru saja dilantik, sampai saat ini belum memutuskan program. Sehingga, menurutnya, apa yang berjalan merupakan kebijakan lama. Hadi menyebut, adanya siswa tidak mampu yang diharuskan mengeluarkan biaya pendidikan, akan dievaluasi kembali.

"Sebagai kepala sekolah yang baru di SDN Kotakusuma, tentunya akan mengevaluasi kebijakan lama, bila program yang selama ini baik, dilanjutkan. Tapi bila ada kebijakan dianggap kurang layak, kami evaluasi kembali," paparnya. (Dyan Rekohadi)

sumber: sini

SD Belajar Menjadi Wartawan

Les Privat FisMat-C -- Sebanyak 30 siswa kelas V SD Muhammadiyah Gresik Kota Baru menjadi wartawan. Mereka terbagi enam kelompok yang mewawancari beberapa orang di sekitar sekolah dengan latar belakang pekerjaan berbeda-beda, mulai dari tukang becak, penjual bunga, mahasiswa, hingga pemilik warung kopi.

Renanthera Rahmadwiningtyas, salah seorang siswa membawa kamera, dan alat tulis, bersama dengan empat temannya mendatangi penjual bunga, yang berjarak 100 meter dari sekolah . Dia bersama temannya sedang menjalani profesi sebagai jurnalis cilik untuk mewawancarai narasumber.

Tanpa rasa canggung anak-anak itu menyapa penjual bunga. "Selamat pagi, Bu! Sudah berapa lama Ibu ber jualan bunga di sini? Jenis bunga apa yang sangat digemari pembeli? Berapa penghasilan Ibu tiap hari?," mereka mengajukan pertanyaan kepada sang penjual bunga.

Shelma Ayu, siswa lainnya merasa senang bisa mewawancarai penjual kopi.

"Saya jadi tahu, penghasilan tiap hari, hari apa yang paling banyak pengunjungnya, sampai dengan berapa kilo kopi yang habis dalam sehari," papar Shelma Rabu (27/7).

Para siswa secara khusus mendapatkan tugas mengaplikasikan pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu wawancara orang dengan berbagai jenis pekerjaan. "Anak-anak harus diberikan pengalaman melakukan wawancara secara langsung kepada narasumber," tutur Ichwan Arif, guru Bahasa Indonesia di sekolah tersebut.

Menurut Ichwan, yang lebih penting adalah pembelajaran harus mengedepankan praktik, bukan hanya sekedar teori. Siswa dalam pembelajaran wawancara harus dipastikan melakukan sendiri. Sebelum praktik wawancara dan menjadi jurnalis cilik, mereka mendapat bekal terlebih dahulu , termasuk teori praktis wawancara dan mengubah hasil wawancara menjadi tulisan sederhana.

Siswa diperkenalkan dengan konsep 5W+1H ( what, where, when, who, why, dan how), bagaimana membuat pertanyaan yang baik dan mengena sesuai dengan tema yang akan dibahas , bagaimana adab dan etika wawancara dengan narasumber dan bagaimana cara mengolah data hasil wawancara secara sederhana. Masing-masing kelompok diberi tugas wawancara penjual bunga, penjual warung kopi, tukang becak, mahasiswa/mahasiswi, pedagang kaki lima, dan petugas kebersihan.

"Anak-anak berekreasi sambil menggali informasi melalui pembelajaran menjadi jurnalis cilik. Pembelajaran berorientasi pada enjoy and fun, tanpa mengurangi hakiki dari pembelajaran aplikasi," kata Ichwan.



sumber: sini
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Cheap Web Hosting